Bayi Lahir di Tengah Banjir Aceh Tamiang, Tim UNAIR Hadirkan Harapan di Posko Bencana

Ameera
Kamis, 18 Desember 2025 - 15.12
Bayi Lahir di Tengah Banjir Aceh Tamiang, Tim UNAIR Hadirkan Harapan di Posko Bencana
Bayi Lahir di Tengah Banjir Aceh Tamiang, Tim UNAIR Hadirkan Harapan di Posko Bencana

ACEH TAMIANG (Arrahmah.id) - Di tengah duka dan kepungan lumpur pascabanjir bandang, sebuah peristiwa penuh haru terjadi di Kabupaten Aceh Tamiang.

Seorang ibu muda harus menjalani momen paling menegangkan dalam hidupnya dengan melahirkan di Posko Satgas Bencana Tim Universitas Airlangga (UNAIR).

Tangisan bayi yang lahir di tengah situasi darurat itu menghadirkan kehangatan dan harapan baru bagi warga terdampak bencana.

Peristiwa tersebut terjadi pada Senin (15/12/2025) di Posko Klinik Abah, yang sejak banjir melanda difungsikan sebagai posko layanan kesehatan gabungan Tim UNAIR.

Posko ini melibatkan berbagai unsur, mulai dari Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK), Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), RSUD dr. Soetomo Surabaya, serta bekerja sama dengan PERDATIN, PABOI, IPOTI, IDI Cabang Surabaya, dan MER-C.

Bayi tersebut lahir dari seorang ibu berinisial Ny. R (19), warga Desa Bukit Rata, Kecamatan Aceh Tamiang. Sejak pukul 07.00 WIB, Ny. R merasakan kontraksi perut yang semakin kuat disertai pecahnya ketuban.

Sebelum bencana terjadi, ia rutin memeriksakan kehamilan di Klinik Abah. Karena itu, ketika tanda persalinan muncul, ia kembali mendatangi klinik yang kini menjadi posko kesehatan Tim UNAIR.

Pemeriksaan awal oleh bidan menunjukkan kondisi vital ibu dan detak jantung janin dalam keadaan normal. Namun, pemeriksaan lanjutan memperlihatkan pembukaan serviks telah mencapai lima sentimeter dengan kontraksi yang semakin teratur.

Tim medis kemudian melakukan observasi ketat sembari memberikan edukasi serta penguatan mental kepada pasien dan keluarga.

Penanggung jawab posko, Lettu Laut (K) dr. Andre Prasetyo Mahesa, Residen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNAIR, mengungkapkan bahwa proses persalinan di lokasi bencana menghadapi berbagai keterbatasan.

Salah satu kendala utama adalah pasokan listrik yang belum stabil, sehingga memengaruhi proses observasi dan pengawasan medis. Selain itu, keterbatasan alat bantu napas bayi dan infant warmer juga menjadi tantangan tersendiri bagi tim.

“Untuk mengatasi keterbatasan penerangan, kami menggunakan genset agar proses persalinan tetap dapat berlangsung dengan aman,” ujar dr. Andre.

Sekitar pukul 11.00 WIB, pembukaan serviks telah lengkap dan kepala bayi mulai terlihat di jalan lahir.

Tim medis yang terdiri dari dr. Aniq, dr. Manilla, bidan April, dan bidan Disya dari RS UNAIR bersiap melakukan pertolongan persalinan dengan penuh kehati-hatian.

Tepat pukul 11.52 WIB, bayi lahir dengan selamat dan langsung menangis spontan. Dokter Mery, Spesialis Anak dari IDI Cabang Surabaya, memastikan kondisi bayi dalam keadaan baik, aktif, dengan warna kulit kemerahan sebagai tanda vitalitas yang optimal.

Meski terdapat robekan ringan pada ibu yang memerlukan jahitan, kondisi ibu dan bayi dilaporkan stabil dan sehat.

Persalinan tersebut menjadi persalinan kedua yang berhasil ditangani Tim Kesehatan UNAIR selama masa tanggap darurat bencana di Aceh Tamiang.

Kehadiran posko kesehatan ini tidak hanya menjadi respons darurat atas bencana banjir, tetapi juga wujud nyata komitmen Universitas Airlangga dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-3, yakni kehidupan sehat dan sejahtera.

Di tengah keterbatasan akibat bencana, Tim UNAIR memastikan hak dasar ibu dan bayi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tetap terpenuhi.

Peristiwa kelahiran ini menjadi simbol harapan, bahwa di tengah krisis dan lumpur bencana, kehidupan baru tetap lahir dan masa depan tetap menyala.

(ameera/arrahmah.id)

 

HeadlineBayi LahirBanjir Aceh TamiangTim UNAIR