Jurnalis Palestina Ungkap Penyiksaan dan Kekerasan Seksual di Penjara 'Israel'

Zarah Amala
Jumat, 19 Desember 2025 - 10.30
Jurnalis Palestina Ungkap Penyiksaan dan Kekerasan Seksual di Penjara 'Israel'
Jurnalis Palestina Ungkap Penyiksaan dan Kekerasan Seksual di Penjara 'Israel'

GAZA (Arrahmah.id) - Komite Perlindungan Jurnalis (Committee to Protect Journalists/CPJ) menyatakan keprihatinan mendalam atas kesaksian mengerikan yang disampaikan oleh jurnalis Palestina independen, Sami al-Sa’i, dalam sebuah acara publik yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Kebebasan Media Palestina “MADA”. Dalam kesaksiannya, al-Sa’i mengungkap bahwa ia mengalami penyiksaan dan kekerasan seksual selama penahanannya di salah satu penjara 'Israel'.

Jurnalis al-Sa’i memaparkan detail yang sangat brutal mengenai pemerkosaan yang dialaminya selama penahanan administratif antara Februari 2024 hingga Juni 2025, khususnya di Penjara Megiddo di wilayah pendudukan bagian utara dan Penjara Ramon di bagian selatan.

Ia mengatakan bahwa para sipir 'Israel' memukulinya, menutup matanya, memborgolnya, menghinanya, melakukan kekerasan seksual, dan memperkosanya dengan menggunakan tongkat.

Dalam salah satu kejadian, ia menjelaskan, “Sekelompok sedikitnya empat tentara membawa saya ke sebuah area yang berbau sangat busuk, sambil terus memukuli dan menghina saya.” Ia menambahkan bahwa dirinya dipaksa “duduk dalam posisi sujud,” dan melanjutkan, “Awalnya saya mengira itu bagian dari rutinitas penghinaan biasa mereka, sampai saya merasakan mereka memasukkan benda keras ke dalam anus saya.”

Direktur regional CPJ, Sara Qudah, mengatakan bahwa kesaksian al-Sa’i “sangat mengkhawatirkan dan secara tragis sejalan dengan kesaksian yang telah diterima CPJ dari jurnalis lain yang ditahan di penjara-penjara 'Israel'.”

Qudah menuntut dilakukannya penyelidikan yang segera dan independen guna meminta pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam pelanggaran sistematis tersebut.

Isu perlakuan terhadap tahanan Palestina di penjara-penjara pendudukan kembali mencuat ke permukaan, menyusul laporan berulang tentang penyiksaan yang belum pernah terjadi sebelumnya serta pelanggaran mengerikan yang dialami para tahanan di tangan sipir 'Israel'.

Sebuah rekaman video bocor tahun lalu memperlihatkan lima tentara 'Israel' melakukan kekerasan seksual dan fisik secara brutal terhadap seorang tahanan Palestina dari Gaza yang diborgol, di kamp penahanan Sde Teiman yang terkenal kejam.

Kebocoran video tersebut berujung pada pencopotan Jaksa Militer 'Israel', Yifat Tomer-Yerushalmi, dan digambarkan oleh Perdana Menteri 'Israel' Benjamin Netanyahu, yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional, sebagai “serangan hubungan masyarakat terbesar” yang pernah dihadapi 'Israel' sejak berdirinya.

CPJ menyatakan bahwa kesaksian al-Sa’i, yang juga mengungkap adanya ancaman bahwa nasib serupa akan menimpa semua jurnalis, selaras dengan laporan organisasi-organisasi hak asasi manusia tentang perlakuan terhadap warga Palestina di penjara 'Israel'.

Hingga kini, sekitar 30 jurnalis Palestina masih ditahan di penjara 'Israel', menurut data internasional.

Sekitar dua pekan lalu, Pusat Perlindungan Jurnalis Palestina mengungkap kasus pemerkosaan dan penyiksaan seksual terhadap seorang jurnalis Palestina menggunakan anjing terlatih selama penahanannya di kamp Sde Teiman, yang menyebabkan ia mengalami trauma psikologis berat hingga kehilangan keseimbangan mental selama lebih dari dua bulan.

Pusat tersebut juga menyampaikan kesaksian mengerikan dari jurnalis lain, yang identitas aslinya dirahasiakan demi keselamatan keluarganya, selama masa penahanan 20 bulan di penjara-penjara pendudukan, termasuk tiga bulan di Sde Teiman dan satu bulan di Penjara Ofer.

Dalam pernyataannya, pusat itu menyebutkan bahwa jurnalis tersebut, bersama tujuh tahanan lainnya, mengalami serangan seksual secara berkelompok yang berlangsung sekitar tiga menit, setelah mereka diborgol, ditutup matanya, dan diseret ke area terisolasi di dalam kamp yang terkenal kejam tersebut.

Jurnalis itu menegaskan bahwa apa yang dialaminya bukanlah insiden terpisah, melainkan bagian dari kebijakan penyiksaan sistematis yang bertujuan mematahkan kehendak para tahanan serta merendahkan mereka secara psikologis dan fisik.

Data hak asasi manusia 'Israel' dan Palestina yang dirilis pertengahan bulan lalu mengungkap bahwa 98 warga Palestina telah meninggal dunia selama penahanan di penjara dan pusat penahanan 'Israel' sejak 7 Oktober 2023. Angka ini disebut oleh organisasi HAM sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mencerminkan runtuhnya standar penahanan serta hampir totalnya ketiadaan pengawasan hukum dan medis.

Menurut data yang diperoleh organisasi Physicians for Human Rights–'Israel' dan dipublikasikan oleh majalah 'Israel' (972+), sebagian besar korban merupakan warga sipil yang tidak diduga terlibat dalam aktivitas tempur. (zarahamala/arrahmah.id)

HeadlinePalestinapenyiksaanjurnalispenjara israelTahanan Palestina