Al-Qassam Umumkan Gugurnya Komandan Senior Raed Saad, Peringatkan Konsekuensi Pelanggaran Gencatan Senjata

Oleh Zarah Amala
Senin, 15 Desember 2025 - 09.30
Al-Qassam Umumkan Gugurnya Komandan Senior Raed Saad, Peringatkan Konsekuensi Pelanggaran Gencatan Senjata
Al-Qassam Umumkan Gugurnya Komandan Senior Raed Saad, Peringatkan Konsekuensi Pelanggaran Gencatan Senjata

GAZA (Arrahmah.id) - Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas, pada Sabtu (13/12/2025) mengumumkan gugurnya komandan senior Raed Saad akibat serangan 'Israel' di Jalur Gaza. Al-Qassam menyebut pembunuhan tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kesepakatan gencatan senjata dan menegaskan hak mereka untuk merespons.

Dalam pernyataan resminya, Al-Qassam menyampaikan belasungkawa atas gugurnya Saad, yang menjabat sebagai kepala divisi manufaktur militer Hamas, serta mengonfirmasi penunjukan komandan baru untuk melanjutkan tugas-tugasnya.

Kelompok tersebut menegaskan bahwa 'Israel' telah melampaui “semua garis merah” dengan terus melakukan pembunuhan terhadap para pemimpin perlawanan dan warga sipil, seraya menekankan bahwa agresi berkelanjutan 'Israel' meruntuhkan klaim apa pun tentang komitmen terhadap gencatan senjata.

Al-Qassam juga menyatakan bahwa 'Israel', para mediator, serta Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertanggung jawab atas konsekuensi dari pelanggaran ini. Mereka memperingatkan bahwa tindakan pendudukan 'Israel' secara efektif membatalkan kerangka ketenangan yang diberlakukan sejak 10 Oktober.

Di sisi lain, 'Israel' mengonfirmasi pembunuhan tersebut. Militer 'Israel' menyatakan bahwa serangan itu dilakukan bersama dinas intelijen Shin Bet, dengan menargetkan Saad saat ia melintas menggunakan kendaraan sipil di jalan pesisir barat daya Kota Gaza.

Dalam pernyataan bersama, Perdana Menteri 'Israel' Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz mengklaim bahwa pembunuhan itu diperintahkan sebagai respons atas dugaan serangan bom yang menargetkan pasukan 'Israel' pada hari yang sama.

Namun, laporan Channel 12 Israel justru membantah narasi resmi tersebut, dengan menyebut bahwa pembunuhan Raed Saad tidak terkait dengan pelanggaran gencatan senjata apa pun. Laporan itu menyatakan bahwa pasukan 'Israel' hanya memanfaatkan apa yang mereka sebut sebagai “keadaan yang menguntungkan” untuk melaksanakan pembunuhan. Radio Militer 'Israel' bahkan menyebut operasi tersebut sebagai “makanan cepat saji”, istilah yang mengindikasikan bahwa Saad telah lama menjadi target pembunuhan yang akan dieksekusi kapan pun kesempatan muncul.

Dengan terbunuhnya Saad, media 'Israel' mengklaim bahwa militer berhasil menyingkirkan salah satu tokoh paling senior di sayap militer Hamas setelah lebih dari 35 tahun pengejaran dan berbagai upaya pembunuhan yang gagal.

Siapa Raed Saad?

Raed Hussein Saad lahir pada 15 Agustus 1972 di Kamp Pengungsi Al-Shati, sebelah barat Kota Gaza. Ia bergabung dengan Hamas sejak usia muda, dan mulai diburu oleh pasukan 'Israel' sejak Intifada Pertama pada 1987. Ia beberapa kali ditangkap dan meraih gelar sarjana Syariah dari Universitas Islam Gaza saat dipenjara pada 1993. Ia kemudian menyelesaikan studi magister di universitas yang sama pada 2008.

Menurut informasi yang diperoleh Al Jazeera, Saad terlibat dalam aktivitas militer sejak dini dan bekerja bersama tokoh-tokoh veteran Brigade Al-Qassam. Ia dianggap sebagai salah satu komandan terakhir dari generasi buronan selama Intifada Al-Aqsa yang dimulai pada 2000.

Pada 2007, Saad menjabat sebagai komandan Brigade Gaza Utara dan memainkan peran penting dalam pembentukan serta pelatihan pasukan angkatan laut Al-Qassam. Pada 2015, ia memimpin divisi operasi dan menjadi anggota dewan militer kecil yang juga beranggotakan Mohammed Deif dan Marwan Issa, posisi yang dipegangnya hingga 2021.

'Israel' menuduh Saad terlibat dalam perencanaan operasional besar, termasuk persiapan Operasi Badai Al-Aqsha. Pejabat 'Israel' mengklaim bahwa ia berperan dalam pembentukan batalion elite serta pengembangan rencana “Tembok Yerikho” yang bertujuan melumpuhkan Divisi Gaza militer 'Israel'.

Selama perang terbaru di Gaza, 'Israel' sempat secara keliru mengklaim telah menangkap Saad dalam serangan ke Kompleks Medis Al-Shifa pada Maret 2024, sebelum akhirnya mengakui bahwa pencantumannya sebagai tahanan merupakan kesalahan, sebuah insiden yang menyoroti kegagalan intelijen besar. Saad juga selamat dari sejumlah upaya pembunuhan, termasuk serangan udara 'Israel' pada Mei 2024 yang menghantam kawasan permukiman di Kamp Al-Shati. 'Israel' dilaporkan menawarkan hadiah sebesar 800 ribu dolar AS bagi siapa pun yang memberikan informasi yang mengarah pada pembunuhannya.

Radio Militer 'Israel' melaporkan bahwa 'Israel' telah dua kali mencoba membunuh Saad dalam dua pekan terakhir. Setelah ia teridentifikasi pada Sabtu malam (13/12) saat bepergian bersama pengawal, serangan langsung dilancarkan. (zarahamala/arrahmah.id)

Editor: Zarah Amala

Internasional