Kabasarnas: Operasi SAR di Aceh–Sumatera Akan Dihentikan Jika Sudah Tidak Efektif

Oleh Ameera
Selasa, 9 Desember 2025 - 05.44
Kabasarnas: Operasi SAR di Aceh–Sumatera Akan Dihentikan Jika Sudah Tidak Efektif
Kabasarnas: Operasi SAR di Aceh–Sumatera Akan Dihentikan Jika Sudah Tidak Efektif

JAKARTA (Arrahmah.id) - Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, menyatakan bahwa operasi pencarian dan pertolongan (SAR) di wilayah bencana Aceh dan Sumatera kemungkinan akan dihentikan apabila dinilai sudah tidak efektif lagi untuk dilaksanakan.

“Operasi SAR akan dihentikan apabila operasi itu sudah dinyatakan tidak efektif lagi untuk dilaksanakan,” ujar Syafii di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (8/12/2025).

Syafii menegaskan bahwa hingga hari ini pihaknya masih bekerja penuh, dengan prioritas utama pada evakuasi medis serta pencarian korban yang masih hilang.

Ia mengakui kondisi lapangan yang semakin sulit seiring waktu, mengingat bencana sudah berlangsung hampir dua pekan.

“Prioritas yang pertama adalah evakuasi medis. Pencarian terus kita laksanakan walaupun memang dalam kondisi saat ini, sudah 14 hari. Tentunya terjadi perubahan struktur pada korban, dan itu menjadi bagian dari DVI Mabes Polri untuk mengungkap identitas dari korban,” jelasnya.

Data Korban Meninggal dan Hilang Terus Bertambah

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data korban banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.

Per Senin (8/12/2025) pukul 08.00 WIB, total korban meninggal mencapai 929 jiwa, sementara 274 orang masih dinyatakan hilang.

BNPB merinci bahwa Kabupaten Agam menjadi wilayah dengan korban meninggal terbanyak, yakni 179 jiwa, disusul Aceh Utara 128 jiwa, dan Tapanuli Tengah 102 jiwa.

Pengungsi Capai Ratusan Ribu, Infrastruktur Rusak Parah

Memasuki hari ke-14 pascabencana, jumlah korban luka tercatat mencapai sekitar 5.000 orang. Sementara itu, jumlah pengungsi terus bertambah seiring kerusakan rumah dan fasilitas umum.

Aceh Utara tercatat sebagai wilayah dengan pengungsi terbanyak, mencapai lebih dari 316 ribu jiwa, disusul Aceh Tamiang (>262 ribu jiwa) dan Aceh Timur (>180 ribu jiwa).

Kerusakan infrastruktur juga sangat signifikan. BNPB mencatat:

  • 420 rumah ibadah terdampak
  • 199 fasilitas kesehatan rusak
  • 234 gedung/kantor terdampak
  • 701 fasilitas pendidikan rusak
  • 405 jembatan putus atau rusak
  • 147.000 rumah mengalami kerusakan

Dengan kondisi yang masih sangat dinamis dan tantangan medan yang semakin berat, keputusan penghentian operasi SAR akan mempertimbangkan efektivitas serta rekomendasi seluruh unsur yang terlibat di lapangan.

(ameera/arrahmah.id)

Editor: Ameera

Nasional