Kepala Babi Dilempar ke Pemakaman Muslim di Sydney di Tengah Meningkatnya Islamofobia

Zarah Amala
Rabu, 17 Desember 2025 - 11.16
Kepala Babi Dilempar ke Pemakaman Muslim di Sydney di Tengah Meningkatnya Islamofobia
Kepala Babi Dilempar ke Pemakaman Muslim di Sydney di Tengah Meningkatnya Islamofobia

SYDNEY (Arrahmah.id) - Kepala-kepala babi dilemparkan ke sebuah pemakaman Muslim di pinggiran kota Sydney pada Senin (15/12/2025), menyusul serangan mematikan di Bondi Beach. Aksi tersebut diduga kuat sebagai bentuk pembalasan bermotif Islamofobia.

Ahmad Hraichie, seorang pengurus jenazah Muslim, mengatakan melalui unggahan Instagram bahwa kepala-kepala babi tersebut dilemparkan ke makam-makam di Pemakaman Narellan, yang terletak di wilayah Camden, Sydney bagian barat.

“Siapa pun yang melakukan ini, kalian tidak membuktikan apa pun selain kebencian. Kalian bukan solusi atas masalah apa pun, kalian justru bagian dari masalah itu,” tulis Hraichie.

“Orang-orang yang dimakamkan di sini telah wafat jauh sebelum peristiwa kemarin terjadi. Mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejadian saat ini. Makam adalah tempat peristirahatan, martabat, dan penghormatan, bagi semua agama dan seluruh umat manusia. Jika kalian menginginkan perdamaian, ini bukan caranya. Jika kalian menginginkan keadilan, ini bukan jalannya,” tambahnya.

Polisi Australia mengonfirmasi insiden tersebut dan menyatakan bahwa kepala-kepala babi telah diamankan serta penyelidikan telah diluncurkan.

“Petugas mendatangi lokasi dan menemukan beberapa kepala babi. Polisi segera memulai penyelidikan atas insiden ini,” bunyi pernyataan resmi. “Kepala-kepala babi tersebut kini telah disingkirkan dan dimusnahkan dengan cara yang sesuai.”

Insiden ini terjadi setelah serangan bersenjata di Bondi Beach, di mana seorang pria berusia 50 tahun bernama Sajid Akram dan putranya yang berusia 24 tahun, Naveed Akram, melepaskan tembakan ke sebuah acara komunitas Yahudi. Serangan tersebut menewaskan 15 orang, termasuk seorang anak perempuan berusia 10 tahun dan seorang penyintas Holocaust berusia 87 tahun.

Salah satu pelaku berhasil dilumpuhkan oleh Ahmed Al-Ahmed, pria Muslim Suriah berusia 43 tahun yang berasal dari Provinsi Idlib. Al-Ahmed mengalami luka tembak dalam upaya menghentikan serangan dan dipuji sebagai pahlawan oleh pejabat pemerintah Australia.

Namun, sejak serangan Bondi Beach, gelombang Islamofobia meningkat, disertai penyebaran informasi palsu di media daring terkait identitas Al-Ahmed.

Sebelumnya, pada Maret 2025, para peneliti menemukan bahwa insiden Islamofobia di Australia telah meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir, mencakup serangan fisik, pelecehan verbal, ancaman pemerkosaan, hingga tindakan meludah terhadap Muslim.

Sejumlah pengguna media sosial secara keliru mengklaim bahwa Al-Ahmed bukan warga Suriah atau bukan Muslim. Bahkan, Perdana Menteri 'Israel' Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai “Yahudi”, sementara pihak lain salah mengidentifikasinya sebagai Kristen Maronit dari Lebanon atau anggota minoritas Alawi Suriah. Faktanya, Al-Ahmed merupakan bagian dari mayoritas Muslim Sunni Suriah.

Al-Ahmed juga sempat diidentifikasi secara keliru sebagai “Edward Crabtree”, seorang warga Australia kulit putih, oleh chatbot Grok milik X. Sejak diakuisisi oleh Elon Musk dan berganti nama dari Twitter menjadi X pada 2022, platform tersebut kerap dikritik karena menyebarkan disinformasi sayap kanan dan anti-imigran.

Komunitas Muslim Australia mengecam keras serangan Bondi Beach. Federasi Dewan Islam Australia menyatakan “rasa duka mendalam dan solidaritas penuh kepada seluruh pihak yang terdampak tragedi penembakan di Bondi Beach”.

Para pemimpin Muslim di Sydney juga menyatakan penolakan untuk melakukan prosesi pemakaman bagi para pelaku serangan, di mana satu pelaku tewas ditembak polisi, sementara satu lainnya masih dalam kondisi kritis di rumah sakit. (zarahamala/arrahmah.id)

HeadlineIsraelaustraliaislamofobiapemakaman muslimbondi beach