GAZA (Arrahmah.id) - Seorang mantan komandan militer 'Israel' dilaporkan mengatakan pada Selasa (9/12/2025) bahwa mayoritas tawanan yang ditahan di Gaza justru tewas akibat serangan pasukan 'Israel' sendiri.
“Tembakan 'Israel' membunuh sebagian besar sandera di Jabalia karena adanya celah intelijen,” kata Nitzan Alon, mantan negosiator 'Israel', kepada harian Yedioth Ahronoth, sebagaimana dikutip kantor berita Anadolu.
Alon menjelaskan bahwa banyak dari para tawanan, yang awalnya masih hidup saat tiba di Gaza, kemudian tewas akibat serangan udara 'Israel' yang menghantam bangunan tempat mereka ditahan.
Ia menambahkan bahwa tiga tawanan 'Israel' tewas dalam serangan 'Israel' pada Desember 2023 karena “asumsi keliru di lapangan”, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Rasa takut yang disebabkan oleh serangan udara kita disebutkan berulang kali dalam kesaksian para sandera,” tambah mantan komandan tersebut.
Penyerahan Sisa Jenazah Terakhir
Selama dua tahun serangan militer 'Israel' di Jalur Gaza, sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, berulang kali menayangkan rekaman video para tawanan 'Israel' yang mendesak pemerintah Benjamin Netanyahu agar menghentikan serangan yang membahayakan nyawa mereka. Tel Aviv mengabaikan seruan-seruan itu, kata Anadolu.
Terkait aksi protes keluarga para tawanan, Alon mengatakan bahwa “dampaknya terhadap negosiasi jauh lebih kecil daripada yang diklaim banyak orang.”
Sebuah perjanjian gencatan senjata mulai berlaku di Gaza pada 10 Oktober berdasarkan rencana 20 poin Presiden AS Donald Trump. Fase pertama perjanjian mencakup pembebasan tawanan 'Israel' dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina.
Fase Kedua Kesepakatan
'Israel' mengaitkan dimulainya negosiasi fase kedua gencatan senjata dengan diterimanya seluruh jenazah para tawanan. 'Israel' mengklaim masih ada satu jenazah tawanan yang berada di Gaza, sementara Hamas menegaskan telah menyerahkan seluruh 20 tawanan 'Israel' yang masih hidup serta sisa jenazah 28 orang yang tewas.
Sebagai imbalan atas setiap jenazah 'Israel', 'Israel' membebaskan 15 jenazah warga Palestina yang terbunuh dalam dua tahun serangan terhadap Gaza. Banyak dari jenazah Palestina yang dikembalikan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan berat, kelaparan, kelalaian medis, bahkan dugaan pencekikan.
Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, masih ada sekitar 9.500 warga Palestina yang hilang, diyakini tertimbun di bawah reruntuhan akibat berbulan-bulan pengeboman 'Israel'.
Sejak gencatan senjata mulai berlaku, 'Israel' telah membunuh 377 warga Palestina dan melukai 987 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)
