Akhiri Krisis Gaza dengan Jihad

Oleh Hanin Mazaya
Sabtu, 29 November 2025 - 19.32
Akhiri Krisis Gaza dengan Jihad
Akhiri Krisis Gaza dengan Jihad

Gaza masih merana, bahkan semakin memprihatinkan. Kondisinya makin memburuk apalagi setelah diterpa badai dan hujan pertama musim dingin. Tenda-tenda yang digunakan para pengungsi banyak yang sobek, roboh, tak lagi layak untuk berlindung para pengungsi.

Guyuran air hujan yang memimpa ribuan pengungsi menjadi babak baru dari penderitaan panjang mereka, setelah sebelumnya berjuang menghadapi kelaparan dan dua tahun serangan Zionis. Terlihat di kamp-kamp pengungsian mereka menumpuk batu dan pasir untuk mengangkat alas tidur agar tidak terendam. Sementara yang lainnya mencari tempat atau sudut manapun yang masih kering.

Kondisi tersebut terjadi ketika keluarga-keluarga masih terkurung di area sempit di belakang 'garis kuning' yakni garis penarikan pasukan pertama dalam fase awal kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang mulai berlaku 10 Oktober lalu. Garis ini memisahkan wilayah yang masih berada di bawah kendali militer Israel di bagian timur dengan daerah yang masih bisa diakses warga Palestina. (Aa.com.tr/id,  20/11/2025)

Sejak gencatan senjata mulai diberlakukan pada 10 Oktober, warga di seluruh Gaza melaporkan ledakan terjadi hampir setiap hari di area timur yang diyakini berasal dari operasi Israel yang menargetkan terowongan dan bangunan yang rusak.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa sedikitnya 260 warga Palestina tewas dan lebih dari 630 lainnya mengalami luka-luka sejak gencatan senjata dimulai. Sejumlah keluarga mengatakan tembakan dan ledakan sporadis terus membahayakan warga sipil. (Antaranews.com, 15/11/2025)

 

Gencatan Senjata Alat Genosida AS

Masalah Gaza, Palestina bukan sekedar masalah kemanusiaan, akan tetapi murni penjajahan terhadap warga Gaza oleh Zionis beserta para pendukungnya yakni negara-negara Barat. Oleh karena itu, krisis Gaza tidak akan mempan dengan solusi yang mereka tawarkan seperti solusi dua negara atau dengan gencatan senjatanya.

Gencatan senjata yang dirancang Amerika Serikat (AS) memang dinarasikan sebagai langkah awal menuju perdamaian yang kuat dan kokoh. Namun kenyataannya, gencatan senjata tidak lebih sebagai sarana untuk melumpuhkan perlawanan hingga genosida lebih leluasa dijalankan. Hal ini dapat terlihat dari bantuan kemanusiaan, yang katanya akan dibuka untuk Gaza nyatanya tidak terealisasi. Begitupun dengan bantuan lainnya, termasuk rehabilitasi infrastruktur (air, listrik, dan pembuangan limbah), rehabilitasi rumah sakit, dan toko roti serta pengadaan peralatan untuk membersihkan puing-puing dan membuka jalan, juga tidak dapat diwujudkan.

Di sisi lain, Zionis tetap melanjutkan genosidanya dan memblokade wilayah yang dilalui bantuan kemanusiaan sehingga tidak dapat masuk. Alhasil warga Gaza pun semakin menderita. Bahkan gencatan senjata yang ditindaklanjuti dengan KTT Sharm El-Sheikh (13-10-2025) hakikatnya adalah proyek Amerika yang lebih luas untuk menata ulang penjajahan di bumi Palestina.

Sementara itu, opini internasional yang dikendalikan oleh AS mengantarkan pada narasi bahwa kondisi Gaza sudah membaik pasca gencatan senjata, padahal semua itu hanyalah upaya menutupi fakta yang sesungguhnya jika krisis Gaza justru semakin parah. Opini tersebut membuat banyak pihak menganggap Gaza baik-baik saja padahal kondisi di lapangan justru sebaliknya, yakni semakin memburuk dan Zionis kian biadab.

Gencatan senjata sejatinya hanya kamuflase AS untuk menguasai dan menghapus entitas muslim di Palestina. Kebiadabannya bersama Zionis Yahudi tidak akan pernah bisa membungkam umat Islam dan dunia untuk bersuara dan membela Gaza, terlebih solusi yang mengemuka seperti two nation state tidak diakui kaum muslimin kecuali mereka para pengkhianat. Karena pada dasarnya Barat tidak pernah serius untuk menyelesaikan krisis Gaza atau penjajahan Zionis atas Palestina..

 

Sistem Islam Akhiri Penjajahan

Krisis Gaza, Palestina membutuhkan solusi yang mendasar dan tuntas. Solusi itu tidak lain adalah melenyapkan penjajah Zionis dan pendukungnya dari bumi Palestina. Bukan malah mengharapkan solusi dari Barat yang justru kebalikannya. Maka berharap pada Barat  sama saja mengkhianati perjuangan rakyat Palestina serta mengkhianati Allah Swt. yang telah menjadikan tanah Palestina milik kaum muslimin hingga akhir zaman. Tepatnya pasca perjanjian Umariyah dan perjuangan kaum muslimin setelahnya.

Palestina saat ini membutuhkan pertolongan para pemimpin muslim dengan mengirimkan kekuatan militernya untuk melawan Zionis. Karena sejak awal pendudukan, warga Gaza sudah melakukan perlawanan, akan tetapi kalah jauh dari pasukan militer Zionis. Oleh karena itulah  jihad mengusir penjajah dari bumi Palestina merupakan  keharusan yang mendesak.

Kaum muslim juga harus menyadari akan kebutuhan jihad untuk melawan penjajah Zionis. Sementara jihad membutuhkan khilafah yakni sistem pemerintahan Islam yang akan menjadi perisai, pelindung bagi seluruh umat Islam termasuk warga Gaza. Rasulullah saw. bersabda yang artinya: "Sesungguhnya imam (khalifah) adalah junnah (perisai), orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya." (HR Muslim)

Khilafah bukan sekedar struktur pemerintahan, tetapi mekanisme nyata yang akan menghapus segala bentuk penjajahan atas warganya. Dengan kekuatan militer yang terpusat, kebijakan luar negeri yang independen, dan persatuan wilayah muslim, Khilafah akan mampu menolak dominasi kekuatan global dan melindungi nyawa kaum muslim di mana pun mereka terancam, termasuk Gaza.

Namun, Khilafah tidak akan hadir begitu saja. Ia harus diperjuangkan dan terus disuarakan dengan lantang tanpa lelah melalui dakwah Islam ideologis. Yaitu dakwah yang menjelaskan bahwa Islam bukan hanya ajaran ritual, melainkan sistem kehidupan lengkap yang mencakup politik, ekonomi, pertahanan, dan hubungan internasional. Tugas dakwah ideologis adalah menyeru umat kepada penerapan Islam secara kafah di bawah naungan negara Khilafah.

Dengan persatuan di bawah naungan Khilafah, umat Islam akan menjadi kuat. Dengan kekuatan itulah penjajah bisa dienyahkan dari bumi Palestina dengan jihad. Sejarah telah membuktikan, sepanjang Khilafah tegak, bumi Palestina selalu terlindungi. Ada Khalifah Umar bin Khaththab yang menaklukkan Palestina, ada Shalahuddin al-Ayyubi yang merebut kembali Palestina dari Tentara Salib, dan ada Sultan Hamid II yang tidak mau melepaskan sejengkal pun tanah Palestina untuk Yahudi. Mereka semua menunaikan amanah Allah untuk menjaga bumi Palestina yang diberkahi dari tangan-tangan penjajah yang akan merebutnya.

Demikianlah, hanya Islam satu-satunya sistem yang paripurna, mempunyai solusi komprehensif untuk setiap permasalahan. Tidak perlu berharap pada sistem selain Islam yang hanya memberikan harapan semu. Sudah saatnya kaum muslimin memperjuangkan kembali tegaknya Islam yang akan menebar kebaikan di muka bumi.

Wallahu a'lam bis shawwab

Editor: Hanin Mazaya

Opini