Pemerintah kota Baubau tampaknya tengah berbahagia. Perayaan tumpeng menjadi tanda keberhasilan. Pasalnya dalam waktu triwulan II tahun 2025 pertumbuhan ekonomi Baubau mencatatkan angka peningkatan, yakni naik mencapai 4,48 persen didorong dari sektor perdagangan dan jasa. Indikasi keberhasilan lainnya dapat dilihat dari aspek kesejahteraan, dimana angka kemiskinan menurun menjadi 6,83 persen. Serta penurunan angka pengangguran terbuka menjadi 3, 99 persen. Menurut H Yusran, orang nomor satu di Kota Baubau itu, menyatakan keberhasilan ini tidak terlepas dari berbagai terobosan yang telah diwujudkan. Diantaranya program pengentasan kemiskinan ekstrim, pembinaan UMKM, bantuan tepat sasaran, serta kebijakan perizinan yang memudahkan lapangan pekerjaan ( rri.co.id, 16/10/25).
Benarkah Menurun?
Memang harus diakui kerja Pemkot Baubau tengah mengalami progres ke arah yang lebih baik. Tetapi mari kita menelisik lebih dalam terhadap kondisi real yang dialami oleh masyarakat kota Baubau. Benarkah warga mengalami peningkatan kehidupan yang lebih sejahtera? Atau sekedar angka statistik, angka yang bisa saja dipermainkan dan dimanipulasi.
Jika sepanjang mata memandang kehidupan warga kota Baubau realitasnya masih jauh dari kata sejahtera. Ada banyak problem ekonomi yang terus menghantui warga kota Baubau. Di tengah situasi yang tidak memberikan jaminan. Yang paling terpukul adalah para pedagang kaki lima yang sepi pelanggan. Banyak diantara mereka mengeluhkan daya beli masyarakat yang menurun. Pendapatan yang tak pasti. Hingga tak jarang banting setir memilih alternatif pekerjaan lainnya.
Yang masyarakat Baubau butuhkan bukan hanya laporan diatas kertas dan angka statistik, melainkan kesejahteraan yang nyata dan berdampak terhadap kehidupan. Apatah arti kemiskinan menurun sementara hidup rakyatnya masih kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Emak-emak pedagang kaki lima yang mengeluhkan sepi pelanggan. Para tukang ojek yang makin menjamur dengan hasil tidak menentu. Terlebih harga komoditas (beras, ikan, sayuran, dsb) di pasaran cenderung terus meningkat sementara kondisi keuangan rakyat terus merintih yang tak diikuti dengan peningkatan pendapatan mereka. Demikianlah realitas ekonomi yang terus menghantui masyarakat. Dan ini perlu diatasi.
Islam Solusi Kesejahteraan
Islam sebagai sistem hidup yang mengatur segala persoalan, bukan hanya mengatur persoalan ibadah ritual hadir bertanggung jawab terhadap pengurusan masalah umat. Termasuk persoalan ekonomi. Negara dalam pandangan Islam tidak pernah membiarkan urusan ekonomi (pemasukan keuangan) diserahkan kepada individu masing-masing tanpa hadir menjamin kebutuhan umat.
Dalam Islam ukuran kesejahteraan terjadi ketika dipenuhinya kebutuhan sandang, papan, dan pangan. Terlaksananya jaminan berupa; keamanan, kesehatan, pendidikan serta terpenuhi sarana publik yang dinikmati sepenuhnya oleh umat. Tidak ada dikotomi antara si kaya dan si miskin. Seluruh warga negara berhak memperolehnya.
Hal ini dipenuhi oleh negara secara cuma-cuma. Sebab bentuk tanggung jawab negara adalah memastikan semua kebutuhan publik dapat terselesaikan dengan baik dan terpenuhi. Peran seorang Khalifah benar-benar terlaksana sebab dipundaknya perisai dan mengurus urusan umat ditegakkan.
Sehingga tidak ada pemimpin di dalam Islam menyerahkan urusan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak swasta atau lembaga bahkan kepada individu umat. Terlebih melepas tanggung jawabnya menjadi regulator semata sebagaimana hari ini terjadi.
Negara akan hadir sebagai penjamin kebutuhan rakyat melalui mekanisme pengolahan sistem ekonomi Islam. Baitul mal sebagai lembaga menyimpan harta dan aset negara menjadikan ia mampu untuk mendistribusikan kebutuhan umat yang memang telah diatur mekanismenya secara jelas.
Berikutnya sumber pemasukan negara untuk menjamin pemenuhan kebutuhan umat adalah dengan diberdayakan industri-industri yang menjadi kepemilikan umum seperti industri tambang, (minyak bumi, gas alam, dan sumber energi lainnya), sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan serta semua hasil kepemilikan umum lainya dikelola oleh negara. Sehingga hasilnya dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan publik secara gratis jika itu berkaitan dengan industri energi. Serta pengaturan sektor lainya secara produktif.
Dengan demikian, roda ekonomi di tengah-tengah masyarakat dapat berjalan secara harmonis. Sudah tentu dalam pelaksanaannya negara membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Karena itu negara akan merekrut jumlah tenaga kerja yang banyak. Para penanggung nafkah dapat memperoleh kerja dan tidak perlu lagi memusingkan sulitnya mendapatkan pekerjaan sebagaimana hari ini, dimana para ayah kesulitan memperoleh pekerjaan.
Inilah definisi negara hadir sebagai pengayom bukan regulator. Yang menyerahkan urusan kesejahteraan kepada individu dan negara tidak bertanggung jawab. Sebaliknya negara hadir dengan bukti bukan abai. Hadirnya negara sebagai penjamin lapangan pekerjaan yang memadai bagi masyarakat akan membuat para ayah sebagai pencari nafkah tidak terbebani dan tenang dengan persoalan nafkah.
Alhasil masyarakat Islam merasakan kesejahteraan dan kemakmuran adalah realitas bukan hanya hitungan angka sebagaimana hari ini isu kemiskinan ‘’menurun’’ yang hanya sebatas angka tapi jauh dari fakta nyata dilapangan. Sejarah telah membuktikan bagaimana jaminan Islam dalam mensejahterakan umatnya bahkan menjadi mercusuar.
Khatimah
Kondisi ekonomi negeri ini khususnya Baubau selamanya tak akan pernah membaik selama sistem ekonomi kapitalistik masih diadopsi oleh negeri ini. Sistem ekonomi kapitalistik telah menjadi biang kerok atas terjadinya kemiskinan sistemis bukan semata faktor kemalasan individu dalam bekerja.
Penerapan sistem ekonomi ini telah menempatkan ukuran keberhasilan dan kesejahteraan ekonomi sekedar adanya pertumbuhan ekonomi dan pesatnya investasi, bukan terpenuhinya kebutuhan orang per orang. Padahal kerap kali pertumbuhan ekonomi rawan bancakan atau polesan permainan angka semu semata.
sehingga keberhasilan turunnya angka kemiskinan yang itu sifatnya parsial dianggap sebagai pencapaian keberhasilan. Padahal dibalik itu ada kesenjangan kemiskinan amat dalam yang terjadi ditengah-tengah umat. Jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin begitu nyata. Orang kaya dengan mudah mendapatkan segala bentuk pelayanan tanpa hambatan sebab mampu. Sementara orang miskin aneka kesulitan selalu hadir dihadapan mereka ketika mengakses pelayanan publik. Entah itu sulitnya mengakses kesehatan, akses pendidikan yang mahal, dan akses pelayanan publik lainnya sebab tak punya duit.
Inilah realitas yang harus membuka mata bahwa sistem ekonomi yang lahir dari rahim sistem kehidupan ideologi kapitalisme terbukti telah gagal mensejahterakan kehidupan rakyat. Sudah saatnya negeri ini keluar dari bayang-bayang sistem ekonomi kapitalistik dan mencampakkannya, lalu beralih mengambil alternatif solusi terbaik yakni menerapkan sistem ekonomi Islam berdasarkan panduan syari'at. Semua itu tidak akan terwujud kecuali menerapkan syariat Islam secara Kaffah dalam bingkai khilafah Islam. Wallahu a'lam
