AS Tekan 70 Negara Bentuk Pasukan Stabilisasi Internasional di Gaza

Oleh Zarah Amala
Senin, 15 Desember 2025 - 10.30
AS Tekan 70 Negara Bentuk Pasukan Stabilisasi Internasional di Gaza
AS Tekan 70 Negara Bentuk Pasukan Stabilisasi Internasional di Gaza

GAZA (Arrahmah.id) - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tengah berupaya membentuk pasukan multinasional berjumlah sekitar 10.000 personel dari puluhan negara sebagai bagian dari International Stabilisation Force (ISF), yang ditujukan untuk mengawasi Jalur Gaza dalam kerangka rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump.

Menurut laporan The Wall Street Journal (WSJ) pada Sabtu (13/12/2025), Washington telah mengirim permintaan resmi kepada sekitar 70 negara untuk berkontribusi dalam pasukan tersebut, namun sejauh ini upaya itu belum membuahkan hasil signifikan.

Departemen Luar Negeri AS dilaporkan telah mengajukan permintaan kepada sejumlah negara, termasuk Malta, Italia, Prancis, dan El Salvador, pada Senin lalu (8/12/).

Para pejabat berharap dapat merekrut 10.000 personel hingga akhir 2026, meski beberapa sumber memperkirakan jumlah realistisnya tidak akan melebihi 8.000 tentara.

Sejumlah negara Timur Tengah serta sekutu AS, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, disebut tengah bekerja sama dengan Washington untuk mengamankan pendanaan bagi pengerahan pasukan ke Gaza.

Seorang pejabat AS yang dikutip WSJ mengatakan 19 dari 70 negara sejauh ini menyatakan minat untuk memberikan dukungan peralatan, logistik, dan transportasi, meskipun tidak secara langsung mengirim pasukan tempur.

Namun, beberapa negara dilaporkan ragu mengirim tentaranya karena kekhawatiran akan ditugaskan untuk melucuti senjata Hamas. Isu pelucutan senjata ini menjadi salah satu persoalan paling sensitif, mengingat Hamas secara tegas menolak tuntutan tersebut. Meski demikian, Hamas menyatakan terbuka terhadap gagasan “pembekuan senjata” sebagai alternatif.

Pada Rabu lalu (10/12), tokoh senior Hamas Khaled Mashal mengatakan kepada Al Jazeera bahwa “gagasan pelucutan senjata total tidak dapat diterima oleh perlawanan.” Ia menambahkan bahwa konsep pembekuan senjata sedang dibahas dengan para mediator dan berpotensi disepakati jika ada pendekatan pragmatis dari pihak AS.

'Israel' dan Amerika Serikat terus mendesak Hamas agar menyerahkan persenjataannya. Pada Oktober lalu, Wakil Presiden AS JD Vance menyebut pasukan internasional tersebut sebagai elemen kunci dalam upaya melucuti Hamas.

Negara-negara yang bersedia berpartisipasi dalam satuan tugas rencana perdamaian itu juga menuntut agar operasi mereka dilakukan di wilayah Gaza yang diduduki 'Israel', di balik apa yang disebut garis demarkasi kuning yang membelah wilayah tersebut. Tentara 'Israel' telah menewaskan sejumlah warga Palestina yang dituduh mencoba melintasi garis itu. Garis tersebut juga memicu kekhawatiran akan meluas menjadi batas permanen dan mencaplok lebih banyak wilayah Palestina.

Namun, pejabat AS mengatakan Washington berupaya membujuk pasukan internasional agar juga beroperasi di wilayah yang masih berada di bawah kendali Hamas.

ISF merupakan pasukan penjaga perdamaian yang tercantum dalam rencana perdamaian AS untuk Gaza. Tugasnya meliputi menjaga keamanan, melatih kepolisian Palestina, serta mengawasi pembangunan kembali Jalur Gaza yang hancur akibat lebih dari dua tahun serangan militer 'Israel'. ISF menjadi bagian kunci dari tahap kedua rencana perdamaian Trump.

Pada 17 November, Dewan Keamanan PBB mengesahkan Dewan Perdamaian Trump, sebuah badan internasional transisi untuk mendukung administrasi dan rekonstruksi Gaza, sekaligus menyetujui pengerahan ISF.

Pada Jumat (12/12), pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan internasional berpotensi dikerahkan ke Gaza secepat bulan depan.

Lebih dari 25 negara dijadwalkan bertemu di Doha, Qatar, pekan depan untuk membahas komposisi pasukan dan isu-isu lain terkait misi tersebut, menurut WSJ.

Indonesia menyatakan kesediaannya mengerahkan hingga 20.000 personel, khususnya untuk tugas kesehatan dan rekonstruksi di Gaza. Sumber yang dikutip surat kabar 'Israel' Haaretz juga menyebut Italia berkomitmen mengirim pasukan sebagai bagian dari misi ISF.

Gencatan senjata telah berlaku di Jalur Gaza sejak 10 Oktober, namun 'Israel' dilaporkan terus melanggarnya melalui serangan berulang. Sejak saat itu, sedikitnya 385 warga Palestina tewas akibat tembakan 'Israel'.

Pada Ahad (14/12), 'Israel' melancarkan serangan ke sejumlah wilayah di Rafah, Gaza City, dan Khan Yunis, serta menargetkan nelayan di lepas pantai Gaza.

Selain serangan militer, Gaza juga dilanda Badai Byron, yang menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk tiga bayi. Bangunan-bangunan yang sebelumnya rusak akibat perang runtuh akibat hujan lebat dan angin kencang, menyebabkan korban jiwa tambahan.

Ratusan ribu warga Palestina mengalami kerusakan sebagian atau total pada tenda-tenda pengungsian mereka, meningkatkan risiko kehilangan tempat tinggal. Suhu dingin ekstrem dan kondisi hidup yang tidak layak juga meningkatkan ancaman penyebaran penyakit, sementara otoritas 'Israel' terus menghambat masuknya bantuan dan kebutuhan dasar ke wilayah tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)

Editor: Zarah Amala

Internasional