Hujan Lebat Rendam RS Al-Shifa dan Ribuan Tenda Pengungsi, Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk

Zarah Amala
Rabu, 17 Desember 2025 - 11.00
Hujan Lebat Rendam RS Al-Shifa dan Ribuan Tenda Pengungsi, Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk
Hujan Lebat Rendam RS Al-Shifa dan Ribuan Tenda Pengungsi, Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk

GAZA (Arrahmah.id) - Hujan deras yang dibawa oleh sistem tekanan rendah baru telah membanjiri Rumah Sakit Al-Shifa serta ribuan tenda yang menampung warga Palestina terlantar di seluruh Jalur Gaza, memperparah krisis kemanusiaan yang sudah sangat parah dan memicu kembali peringatan tentang potensi wabah penyakit.

Kantor Berita Anadolu melaporkan bahwa air hujan merembes ke sejumlah bagian Kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza, terutama ruang penerimaan pasien dan unit gawat darurat, sehingga mengganggu layanan medis yang sudah sangat terbatas.

Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, mengalami kerusakan parah selama perang 'Israel' di wilayah tersebut. Bangunan-bangunannya menjadi sasaran pengeboman, pembakaran, dan penghancuran sistematis.

Sejak perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober 2025, Kementerian Kesehatan Gaza berupaya memulihkan sebagian fungsi rumah sakit. Namun, kerusakan struktural yang luas serta kelangkaan peralatan, bahan bakar, dan pasokan medis yang parah membuat rumah sakit ini belum mampu beroperasi secara normal, terutama karena 'Israel' terus menghalangi masuknya bahan-bahan medis penting.

Badai juga menghancurkan tempat-tempat penampungan darurat bagi warga Palestina yang mengungsi. Para saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa ribuan tenda terendam banjir atau tersapu angin kencang yang melanda Gaza sejak Senin malam (15/12/2025). Banyak keluarga terbangun saat fajar dan mendapati tenda mereka hancur serta barang-barang pribadi berserakan.

Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, memperingatkan bahwa ribuan rumah yang rusak sebagian kini terancam roboh akibat hujan lebat dan angin kencang, sehingga membahayakan keluarga-keluarga yang berlindung di dalamnya.

Ia menyebutkan sedikitnya 13 bangunan yang sebelumnya rusak telah runtuh selama badai pertama, menewaskan warga yang berlindung dari dingin dan hujan.

Basal menegaskan bahwa risiko ini diperparah oleh kegagalan 'Israel' memenuhi kewajibannya dalam perjanjian gencatan senjata dan protokol kemanusiaan, termasuk mengizinkan masuknya bahan bangunan untuk tempat tinggal, tenda, dan rumah portabel, isu yang berulang kali disoroti oleh Kantor Media Pemerintah Gaza.

Lembaga kesehatan juga membunyikan alarm terkait penyebaran penyakit. Juru bicara UNICEF, Jonathan Crickx, memperingatkan bahwa kondisi dingin dan lembap meningkatkan risiko kesehatan bagi anak-anak, seraya menyebut skala kebutuhan kemanusiaan di Gaza sebagai sesuatu yang “sangat luar biasa.” UNRWA turut menyuarakan kekhawatiran tersebut, mencatat bahwa hampir dua juta warga Palestina terjebak di area sekitar 80 kilometer persegi di tengah kehancuran masif, akses bantuan yang terbatas, dan meningkatnya wabah penyakit.

Seiring badai terus berlanjut, tim Pertahanan Sipil Gaza juga masih mengevakuasi jenazah dari bawah reruntuhan bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai tempat berlindung warga terlantar. Proses ini dilakukan dengan peralatan yang sangat minim setelah berbulan-bulan pengeboman 'Israel'.

Sementara itu, pasukan pendudukan 'Israel' terus melancarkan operasi militer di berbagai wilayah Gaza, termasuk serangan udara, tembakan artileri, dan tembakan tank di kawasan timur Kota Gaza, Rafah, Khan Yunis, dan Al-Bureij, yang semakin memperparah penderitaan warga sipil.

Perang 'Israel' di Gaza yang dilancarkan sejak 7 Oktober 2023 dengan dukungan Amerika Serikat telah menewaskan lebih dari 70.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 171.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta menghancurkan sekitar 90 persen infrastruktur sipil di Jalur Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)

HeadlinePalestinaGazabanjirGenosidars al-shifatenda pengungsi