Tawuran Antar Pelajar Kembali Terulang, Butuh Solusi Cemerlang

Oleh Hanin Mazaya
Sabtu, 29 November 2025 - 19.26
Tawuran Antar Pelajar Kembali  Terulang, Butuh Solusi Cemerlang
Tawuran Antar Pelajar Kembali Terulang, Butuh Solusi Cemerlang

Pendidikan adalah aspek terpenting dalam kehidupan. Suatu bangsa dapat terlihat maju dengan sistem pendidikannya. Pendidikan bukan hanya bersifat formal di sekolah, namun pendidikan dapat juga berasal dari rumah, lingkungan, pengalaman. Tujuan dari pendidikan tidak lain adalah mewujudkan para generasi yang berakhlak mulia, beriman dan berilmu.

Namun, sungguh prihatin potret anak bangsa justru jauh dari tujuan pendidikan tersebut. Realitas pendidikan hari ini makin carut marut mempertontonkan potret buram misalnya tawuran antar pelajar yang terus berulang.

Dilansir dari Kendariinfo.com Rabu (26/11/2025), Tawuran antar pelajar di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), membuat pengguna pengendara panik.

Beredar di sosial media dalam video yang memperlihatkan sejumlah pelajar saling kejar di tengah jalan raya. Mereka terlihat melempar batu sambil berlari, membuat situasi di sekitar lokasi menjadi kacau. Batu berhamburan di badan jalan. Sementara para pengendara yang melintas terpaksa berhenti dan memilih memutar arah demi menghindari bentrokan.

Karu II Patroli Cipkon Polresta Kendari, Aiptu Amrullah, mengatakan pihaknya segera ke lokasi setelah menerima laporan masyarakat. Namun, saat petugas tiba, para pelajar telah membubarkan diri.

 

Potret Buram Pendidikan Hari Ini

Potret tawuran yang sudah sering terjadi di dunia pendidikan bukanlah suatu kebetulan. Melainkan ada penyebab mendasar dan sistematis yang mendorong para generasi melakukan hal-hal buruk dan terkikisnya nilai-nilai akhlak dan moral bagi generasi saat ini.

Meskipun pihak kepolisian belum tau penyebab terjadinya tawuran antar sekolah, namun ketika ditelusuri dari banyaknya kasus tawuran antar pelajar yang berulang biasanya dimulai dari hal sepele, seperti saling adu mulut, unjuk kekuatansatu sama lain, saling mengolok-olok hingga masalah pacaran. Dari konflik kecil ini, kemudian membesar hingga menimbulkan ketegangan kelompok. Emosi yang labil membuat para remaja berpikir pintas.

Sungguh miris melihat fenomena ini antar pelajar hari ini, dan menjadi tugas besar bagi kita. Sebenarnya apa yang terjadi pada remaja saat ini? Begitu rapuhnya moral dan akhlak. Meskipun kurikulum sering di ganti, materi, teknologi, namun nyatanya tidak kunjung mengalami perubahan yang berarti.

Jika ditelisik tawuran antar pelajar yang berulang pasti ada sebab dan akibatnya. Biasanya penyebabnya dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal atau faktor dari dalam diri adalah hilangnya dentitas islami dari diri remaja. Iman mereka terkikis dengan pemahaman yang salah. Disebabkan yang mengikis identitas remaja jauh dari agama adalah diterapkannya sistem sekuler kapitalis saat ini. Remaja hari ini tidak sedikit yang memandang kehidupan hanya sekadar tempat bersenang-senang dan bersikap hedonisme. Sekularisasi menjauhkan remaja dari aturan agama dan ilahi. Jiwa remaja terombang-ambing dan rentan bermaksiat.

Sementara untuk faktor yang kedua faktor eksternal adalah hilangnya dari peran keluarga, lingkungan dan negara. Faktor keluarga dapat dilihat dari cara orang tua mendidik anak-anak mereka. Jika cara mendidiknya dengan nilai-nilai sekuler-kapitalistik, sudah tentu orientasi kesuksesan hanya pada duniawi dan materi.

 

Solusi Gemilang dan Cemerlang

Begitu pun dengan peran Negara. Di mana Negara juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan generasi emas yang gemilang. Salah satu hal yang paling ringan adalah menyaring dan mencegah tontonan yang tidak mendidik. Banyak konten porno dan tayangan unfaedah selalu bermunculan sehingga mengajarkan nilai-nilai sekuler-liberal. Memberikan aturan terpisah antara remaja laki-laki dan perempuan.

Seyogyanya, pendidikan berstandarkan sistem Islam, yang menjadikan pemikiran bersandar pada akidah Islam dan tauhid. Pendidikan dalam Islam merupakan upaya sadar sebagai hamba kepada Allah Swt., dan insan yang seluruh hidupnya untuk kebaikan umat. Tidak serta merta mengejar titel semata, materi dan popularitas.

Pendidikan Islam di terapakan secara utuh dan menyeluruh mulai memperhatikan peran yang pertama dari orang tua sebagai pondasi awal lahirnya generasi unggul. Keluarga adalah madrasah ula bagi anak-anak. Lalu di susul peran masyarakat, yang taat dan beramar makruf nahi mungkar. Maka dalam hal ini butuhnya gerakan dakwah yang menyadarkan masyarakat bahwa sistem Islam adalah kebaikan untuk semua umat.

Peran negara juga mengawasi dan memberikan fasiltas yang memadai secara merata dalam dunia pendidikan. Tidak serta merta hanya nilai di atas kertas, melainkan butuhnya pengawasan yang super ketat agar remaja tidak lagi berperilaku maksiat.

Benar, saatnya kita bangkit mengoreksi secara mendalam dan utuh bahwa sistem pendidikan sekuler hari ini tak mampu mengubah generasi emas, justru muncul generasi lemas. Pendidikan tidak boleh terlepas dari peran agama. Sudah saatnya kembali kepada yang shahih yakni sistem Islam agar remaja hari ini tumbuh menjadi remaja yang gemilang. Wallaahua'alam bis shawwab

Editor: Hanin Mazaya

Opini