GAZA (Arrahmah.id) - Tentara pendudukan 'Israel' melancarkan operasi penangkapan berskala besar di Tepi Barat pada Rabu dini hari, menangkap lebih dari 100 warga Palestina, termasuk tokoh politik dan mantan tahanan, menurut berbagai laporan.
Operasi tersebut menyasar kota Nablus, Salfit, Jenin, Tulkarm, Qalqilya, dan Jericho, serta Al-Eizariya dan Abu Dis di sebelah timur Yerusalem yang diduduki.
Koresponden kantor berita Anadolu melaporkan bahwa pasukan 'Israel' menangkap 50 warga di Nablus, 15 di Salfit, 13 di Jericho, serta 20 lainnya di Yerusalem Timur. Sebagian dari mereka dibebaskan setelah menjalani interogasi lapangan.
Di Jenin, salah satu yang ditahan adalah Nasser Al-Din Al-Shaer, mantan Wakil Perdana Menteri Otoritas Palestina sekaligus Menteri Pendidikan dan Pendidikan Tinggi periode 2006–2007. Ia dibebaskan setelah beberapa jam menjalani interogasi lapangan.
Di Salfit, pasukan 'Israel' menahan puluhan pemuda dan dilaporkan melakukan pemukulan berat selama interogasi, menurut Al-Jazeera Arabic yang mengutip kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Penangkapan Kembali Pelarian Penjara Gilboa
Di Jenin, pasukan 'Israel' juga menangkap mantan tahanan Muhammad al-Arda setelah menggerebek rumahnya pada waktu subuh. Al-Arda merupakan salah satu dari enam tahanan yang melarikan diri dari Penjara Gilboa pada 2021 melalui terowongan yang digali menggunakan sendok kecil. Ia kembali ditangkap dan dibebaskan pada Januari 2025 melalui kesepakatan pertukaran tahanan setelah lebih dari 25 tahun dipenjara.
Quds News Network (QNN) melaporkan bahwa al-Arda kemudian dibebaskan kembali setelah beberapa jam diinterogasi. Di Tulkarm, seorang mantan tahanan lainnya juga ditangkap setelah rumahnya digerebek di wilayah Arta, menurut Al-Jazeera Arabic.
Di Qalqilya, pasukan 'Israel' memasuki kota dari sisi selatan dan dikerahkan di lingkungan Shreim dan Al-Daoud. Dua pria berusia sekitar 30-an ditangkap setelah rumah mereka digeledah dan dirusak. Penggerebekan juga dilakukan di Habla, Kafr Thulth, Azzun, dan Amatin, namun tidak ada laporan penangkapan.
Di Jericho, sumber lokal melaporkan adanya penangkapan terhadap 13 warga pada Rabu dini hari (10/12/2025) di kota dan kamp pengungsinya. Beberapa dari mereka menjalani interogasi lapangan dan sebagian dibebaskan kemudian.
Di Hebron (al-Khalil), pasukan 'Israel' menangkap tujuh warga Beit Ummar, termasuk ayah dan anak, setelah menggerebek rumah mereka dan memindahkan para tahanan ke kamp militer di dalam permukiman ilegal Karmei Tzur. Pasukan juga meledakkan pintu utama salah satu rumah, menggeledah rumah lainnya, serta menyita sejumlah perhiasan emas. Penggerebekan juga terjadi di Yatta dan disertai dengan penutupan jalan-jalan utama serta pendirian pos-pos pemeriksaan militer.
Di Bethlehem, seorang pemuda ditangkap setelah rumahnya digerebek di Tuqu’, tenggara kota. Di Yerusalem Timur, pasukan 'Israel' melakukan operasi besar-besaran yang menargetkan sekitar 20 warga di Abu Dis dan Al-Eizariya. Para tahanan menjalani interogasi lapangan dan mengalami perlakuan buruk serta kekerasan fisik, sebelum sebagian dari mereka dibebaskan.
Operasi militer besar ini berlangsung di tengah meningkatnya eskalasi serangan 'Israel' di Tepi Barat dalam beberapa pekan terakhir, termasuk penggerebekan malam, penangkapan massal, dan bentrokan di sejumlah wilayah.
Angka Kekerasan
Sejak Oktober 2023, sedikitnya 1.092 warga Palestina tewas dan hampir 11.000 lainnya terluka akibat serangan tentara 'Israel' dan pemukim Yahudi ilegal di Tepi Barat. Lebih dari 21.000 orang juga telah ditangkap.
Dalam periode yang sama, buldoser militer 'Israel' melakukan sekitar 3.187 operasi pembongkaran yang menyebabkan lebih dari 8.000 warga Palestina kehilangan tempat tinggal, menurut data Palestina yang dikutip Al-Jazeera Arabic.
Dalam opini hukum penting pada Juli tahun lalu, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa pendudukan 'Israel' di wilayah Palestina adalah ilegal dan menyerukan pembongkaran seluruh permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. (zarahamala/arrahmah.id)
